Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Tetaplah Waspada

Ya pandemi covid-19 memang belum berakhir, bahkan kemarin mencapai angka tertinggi dalam  jumlah kasus di Indonesia. Dua hari ini setiap harinya ada lebih dari 21.000 orang yang terkonfirmasi terpapar virus corona. Varian delta dianggap menjadi salah satu penyebab melonjaknya jumlah kasus karena tingkat penularannya yang sangat cepat. Semoga Tuhan memberkati bumi dan khsuusnya negara kita agar pandemi segera berakhir. Amin. 

Tulisan ini terkait pengalaman saya saat terinfkesi virus corona. Awalnya saya ragu-ragu untuk menuliskannya karena sudah banyak tulisan tentang covid-19. Namun setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda dan unik. Semoga dapat menjadi pembelajan bagi kita semua.


“Ibu, habis melakukan perjalanan luar kota ya? Itu ada yang mau disampaikan oleh dokter," kata salah satu tim medis,

Saat itu saya sedang terbaring di IGD sebuah rumah sakit di Manado menunggu hasil analisis beberapa sampel yang telah diambil untuk mengidentifikasi penyakit saya. Tak lama kemudian dokter jaga yang sudah melakukan observasi semenjak saya tiba di rumah sakit, menghampiri dan menyampaikan bahwa hasil swab saya positif covid-19.

“Masa sih, dok?” spontan saya menjawab, tidak percaya. Saya kemudian menghitung mundur kapan melakukan perjalanan luar kota atau dimana kemungkinan terpapar virus corona. “Saya melakukan perjalanan jauh itu sudah dua minggu yang lalu. Setelah itu saya tidak pergi kemana-mana.”

“Mungkin saja, bu, karena masa inkubasi virus corona sampai 14 hari,” jelas dokter.

***

Siang itu saya merasa sangat lelah setelah selesai memasak. Badan rasanya lemes dan remuk. Saya pun merebahkan diri di tempat tidur sambil mengingat apa saja yang saya lakukan dari pagi hingga siang. Sebelum memasak, saya  mencuci baju dan mengepel rumah yang tak seberapa luasnya. Apa mungkin itu yang menyebabkan kelelahan? Sayapun tidur dan berharap bangun nanti sudah bugar kembali. 

Sore harinya setelah bangun, badan malahan terasa hangat. Saya mengambil  termometer. Benar saja, suhu badan 37,5 derajat celsius. Mungkin akan flu karena cuaca kurang baik. Saya pun minum susu dan madu untuk meningkatkan stamina tubuh. 

Hari berikutnya masih belum ada perubahan, bahkan  malam harinya suhu badan meningkat disertai menggigil. Sambil gigi bergemerutuk, saya minum panadol dan segera tidur dengan selimut rangkap. Syukurlah tak lama kemudian badan berkeringat dan suhu menurun. Tapi saya berpikir bahwa ini bukan flu biasa karena selama ini tidak pernah menggigil.

Paginya, saya mengunjungi poliklinik terdekat. Setelah berkonsultasi dengan dokter, saya diberi vitamin dan obat untuk radang sekaligus penurun panas. “Bu, kalau dalam 3 hari ini demamnya tidak hilang, segera ke laboratorium atau IGD untuk test darah. Jika di rumah ada termometer, sebaiknya rutin mengukur suhu badan,” pesan dokter setelah memberikan resep. 

Setelah ke dokter, kondisi tubuh saya tidak ada perubahan. Hampir setiap malam saya merasakan demam dan menggigil. Jika kemudian saya minum obat penurun panas, maka demam akan turun. Pada malam kedua setelah ke dokter, atau demam hari keempat, suhu badan saya mencapai 39 derajat celsius. Akhirnya pada demam hari kelima, saya diantar oleh suami ke rumah sakit di Manado. 

Di rumah sakit kami langsung menuju ke IGD. Sembari suami mengurus administrasi, saya menceritakan kondisi saya selama beberapa hari kepada dokter jaga. Setelah itu saya dipersilahkan untuk berbaring di salah satu tempat tidur. Saat itu jumlah orang yang tercatat terpapar virus corona di Sulawesi Utara sangat kecil dibandingkan di Jawa.

Tim medis kemudian melakukan observasi terhadap saya. Kira-kira 1 jam kemudian hasil test darah keluar. Hasilnya menggambarkan HB yang sedikit rendah dan ada sedikit kuman. Leukosit nomal, 4700. Saya merasa heran karena setahu saya jika ada demam, biasanya terjadi infeksi atau radang di dalam tubuh kita sehingga leukosit meningkat. Namun mengapa leukosit saya normal, seperti ‘tidak ada peperangan’ dalam tubuh saya?

Selama sakit, saya rutin mengukur suhu tubuh. Rata-rata suhu 38 derajat celsius. Tekanan darah antara 100-125.

3. Nafsu makan menurun

Tak lama kemudian Dokter Specialist Penyakit Dalam melakukan visit. Beliau menanyakan kronologis sakit saya dan beberapa hal seperti: Apakah buang air normal? Muntah? Sesak nafas? Apakah ada tetangga yang terkena malaria? Apakah melakukan perjalanan luar kota? Berapa suhu tertinggi? Bagaimana dengan nafsu makan? Saya memang selama sakit ini nafsu makan mejadi menurun. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter menyarankan untuk melakukan beberapa test, seperti pengambilan sampel air kencing, hapusan darah, dan swab test antigen covid-19. 

Saat saya terbaring di tempat tidur untuk menunggu hasil test, seorang dokter menghampiri saya, 

“Bu, hasil swabnya positif,”

“Masa sih?” spontan saya berteriak, tidak percaya. “Saya melakukan perjalanan Semarang-Manado sudah dua minggu yang lalu dan gejala yang saya alami hanya demam.”

“Mungkin saja, bu, karena masa inkubasi virus corona sampai 14 hari,” jelas dokter.

“Namun mohon maaf rumah sakit ini belum dapat menerima pasien covid. Jadi Ibu bisa memilih untuk pindah ke rumah sakit rujukan atau isolasi mandiri di rumah,” lanjut dokter. Saya dan suami memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah karena gejala yang saya alami termasuk ringan. Selain itu, hasil swab antigen suami negatif sehingga masih bisa untuk menyediakan logistik kami di rumah 

Setelah menuliskan resep dokter menjelaskan, “Bu, kunci kesembuhannya adalah sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu selain obat, Ibu juga diberikan vitamin untuk meningkatan daya tahan tubuh. Jika tidak nafsu makan, dipaksakan saja untuk makan. Ibu juga harus isolasi di rumah, jangan kemana-mana dulu.” Kemudian beralih ke suami saya,”Bapak walaupun negatif, sebaiknya juga tidak kemana-mana. Jika terpaksa harus keluar, menggunakan masker dan tetap menjaga jarak. Menjalankan prokes. Setelah obatnya habis, Ibu harus melakukan test  lagi untuk memastikan sudah negatif,” jelas dokter. “Jika istri merasakan sesak nafas, langsung dibawa ke rumah sakit rujukan saja ya, pak. Jika di rumah ada orang lain lagi, agar segera melakukan test covid-19 juga,” tambah dokter. 

4. Batuk berdahak dan Sesak Nafas

Semalam saya minum obat yang diberikan dokter. Walaupun semalam sempat menggigil lagi, namun paginya suhu badan saya sudah normal, sekitar 35 derajat celsius. Tapi anehnya, setelah itu muncul gejala yang lain. Saya ada sedikit batuk dan mengeluarkan dahak. Selain itu, sore harinya saya merasakan sedikit sulit untuk menghirup oksigen. Ketika menarik nafas, seakan-akan tidak ada oksigen yang masuk. Saya pun mulai panik, namun setelah mencoba untuk menarik nafas beberapa kali, akhirnya oksigen bisa masuk lagi secara normal ke paru-paru. Kemudian saya sadar bahwa kita tidak boleh panik dan stress. Saya pun mulai membuka postingan teman-teman yang pernah terpapar virus corona dan mempelajari apa yang mereka lakukan ketika terasa sesak nafas. Apa saja yang saya lakukan dalam proses penyembuhan, dapat dibaca pada tulisan saya tentang isolasi mandiri di rumah.

Saya mencoba membaca artikel terkait covid-19. Pada umumnya pasien mengalami sesak nafas pada hari kelima setelah gejala muncul. Jadi sebenarnya tidak aneh ketika saya erasakan sesak nafas ketika pulang dari rumah sakit saat itu. Lima hari keudian sesak nafas saya sudah hilang, hanya kadang-kadang merasakan deg-degan atau jantung berdebar. Hari ketujuh saya melakukan test ulang dan puji syukur, hasilnya sudah negatif.

KAPAN DAN DIMANA TERPAPAR VIRUS CORONA?

Saya merasa penasaran bagaimana bisa terpapar virus corona. Kapan, dimana dan bagaimana. Oleh karena itu saya mencari beberapa referensi.

Menurut Harvard Medical School (2021), diperkirakan masa inkubasi covid-19 selama  3-14 hari., namun rata-rata gejala akan muncul dalam 4-5hari setelah terpapar. Potensi untuk menularkan ke orang lain 48 jam sebelum munculnya gejala, namun fase ini sangat sulit dideteksi karena tidak ada gejala. 

Masa inkubasi menjadi titik kritis penularan, terutama beberapa hari sebelum timbulnya gejala. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan isolasi mandiri (14 harj) setelah melakukan kegiatan yang beresiko tertular covid19, seperti kumpul-kumpul atau bepergian (sumber: Detik news)

Gejala umum adalah demam, rasa lelah dan batuk kering. Ada juga yang mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Sebagian penderita tidak menunjukkan gejala apapun, tapi mereka juga berpotensi menularkan kepada orang lain. (https://covid19.go.id/gejala-umum/). Baru saja teman saya mengabarkan jika tantenya meninggal karena covid-19 padahal tidak pernah keluar rumah. Setelah di-tracing ternyata anaknya yang bekerja di rumah sakit positif covid-19 dengan OTG. Sayangnya, tante itu nyawanya tidak dapat tertolong. Kemarin di grup yang saya ikuti juga banyak yang sedang mencari tabung oksigen. Jadi walaupun imun kita kuat tapi sayangi orang-orang di sekitar kita. 

Saya mulai mengevaluasi diri. Jika benar saya terpapar saat dalam perjalanan Semarang-Manado, berarti gejala (demam) mulai tampak pada hari ke-10. Ini masih masuk akal karena penelitian mengtakan masa inkubasi 14 hari. Namun setelah saya mengingat-ingat lagi, sebenarnya hari ke-3 setelah penerbangan, saya merasa pegal, ngilu dan nyeri. Memang malam sebelumnya saya kurang beristirahat karena harus menunggu giliran air yang masuk ke rumah-rumah. Maklumlah perumahan saya belum menggunakan PDAM, hanya mengandalka air gunung yang ditampung di bak penampungan lalu dialirkan ke rumah-rumah. 

Pada waktu itu berasumsi asam urat saya kambuh setelah makan sayur bayam merah terlalu banyak. Kemudian setelah saya mengonsumsi bawang putih mentah (salah satu obat untuk asam urat) dan obat anti nyeri, rasa itu hilang dalam 2 hari. Oh iya, 1 minggu pertama saya tiba di Manado, saya memasak menggunakan bawang putih dengan jumlah yang banyak untuk terapi suami saya yang mengalami hipertensi. Sayangnya setelah minggu berikutnya aku tidak memasak dengan bawang putih yang banyak karena tekanan darah suami saya sudah mulai normal.

Bawang putih mempunyai banyak manfaat, sangat bagus juga untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan membunuh virus seperti flu.  Saat saya terpapar covid-19, saya juga disarankan keluara untuk mengonsumsi bawang putih karena ada pengalaman satu keluarga yang sembuh setalah mengonsumsi bawang putih. Jadi apakah karena minggu pertama saya banyak mengonsumsi bawang putih maka gejalanya muncul pada minggu kedua ketika saya kelelahan? 

Kemudian saya mengingat-ingat kembali penerbangan saya Semarang-Manado waktu itu. Apakah benar saya terpapar saat itu? Waktu itu penerbangan saya jam 7 pagi namun delayed, peswat berangkat jam 8. Oleh karena saya berangkat dari rumah jam 5 pagi, maka saya tidak sarapan. Dalam penerbangan Semarang-Jakarta, kru pesawat mengumumkan bahwa untuk peerbangan kurang dari 2 jam, maskapai tidak diperkenankan untuk meyajikan makanan dalam pesawat. Jadi makanan dan minumuman yag dibagikan harap dibawa ke rumah. 

Saat saya transit di Jakarta, saya merasa lapar. Sayapun membuka bekal nasi dan lauk yang telah disiapkan dari rumah. Padahal saat itu terminal juga penuh karena merupakan minggu pertama setelah libur lebaran. Saya tidak sadar ketika membuka msker dan makan di tempat umum, itu merupakan potensi besar virus masuk ke dalam tubuh kita.  


Jadi jika awalnya saya ragu dinyatakan positif covid-19, setelah mempelajari dan membaca beberapa artikel, memang sangat mungkin saya terpapar virus corona. Saya membuka masker dan makan di tempat umum. Makanya bagi teman-teman yang akan bepergian jauh perlu memikirkan manajemen selama perjalanan agar tetap safety. Selain itu kita juga perlu berperan mengatasi pandemi ini dengan melakukan 5M+2B (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi mobilitas, Berdoa dan Berbahagia). Jangan lupa ikut vaksin juga agar ketahanan komunitas kita menjadi kuat dan pandemi segera berakhir. 

Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan. Amin

END

Komentar

  1. Thank you sharing nya mba, memang sudah banyak yang cerita tentang covid, tapi saya setuju bahwa sepersedikit apapun info yang didapat dari pengalaman penyintas covid akan sangat membantu. sehat2 selalu mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak. Sehat selalu dengan keluarga.

      Hapus
  2. makasih mba sharingnya. sampai saat ini harus makin ketat prokes, semoga sehat semuanya dan selalu dalam lindungan Nya aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih. Sehat selalu beraama keluarga.

      Hapus
  3. Iya nih... Jadi senewen kalau terpaksa keluar.
    Tapi terlepas itu semua, jaga daya tahan tubuh masing-masing, sedia payung sebelum hujan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kalo terpaksa keluar, jalankan prokes. Infonya, jika sudah pernah vaksin, kalopun terpapar gejalanya ringan. Satamina tubuh memang harus benar2 dipelihara saat ini. Sehat selalu ya mbak.

      Hapus
  4. Makasih banyak mba sharingnya. Sebuah gambaran real tentang terinfeksi covid19. Mudah2an yg terpapar segera dipulihkan, dan yg tidak terpapar semoga dijauhkan dari segala macam penyakit. Selalu patuhi prokes.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap jangan lupa prokes dan vaksinasi. Sehat selalu ya mbak.

      Hapus
  5. Makasih sharingnya, Mbak. Syukurlah sekarang sudah sehat. Saya kemarin dari Jakarta juga isoman dulu 2 minggu. Berat, karena nggak bisa ke mana-mana. Tapi, demi kita & keluarga, ya... Sekarang baru mau berburu vaksin karena di mana-mana penuh. Semoga pandemi segera berlalu, ya. Salam sehat & semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya semoga mbak dan keluarga sehat2 selalu.

      Hapus
  6. Memang harus selalu hati-hati dalam masa pandemi ini ya mbak.. serem banget mau keluar-keluar..dan kalau keluar harus mematuhi prokes yang maksimal, apalagi kalau pas pergi-pergi dan kecapekan, imun pas turun jadi virusnya lebih gampang masuk ke tubuh...
    Terima kasih banyak mbak sudah sharing pengalaman covid-19nya, sehat selalu mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaga kesehatan selalu mbak. Semoga selalu sehat2 ya.

      Hapus
  7. Benar mba, di saat pandemi seperti sekarang ini pada saat kita melakukan perjalan jauh itu yang paling kita utamakan adalah menjaga imun tubuh kita. Mesti benar-benar mendengarkan apa "tubuh" kita. Kalau memang lagi berasa capek ya istirahat, kalau melihat tempat makan atau sarana rekreasi yang terlalu ramai, ya mendingan kita ga usah jadi ke tempat itu. Sehat selalu ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kalau tidak sangat penting lebih baik tidak usah pergi-pergi. Semoga mbak dan keluarga juga sehat sehat selalu.

      Hapus
  8. makasih udah cerita ya, Mba. covid masih terus ada, apalagi di tempatku lagi kenceng2nya ini. mau belanja bahan makanan di supermarket aja tricky banget kudu pas pagi2 supermarketnya baru buka biar ga rame2 banget. semoga sehat selalu, Mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Sekarang saya belanjanya di tukang sayur keliling atau ke warung dekat rumah yang emang jelas penjualnya sehat-sehat. Itupun saya tetap pake masker dan jaga jarak. Semoga mbak dan keluarga sehat2 selalu ya.

      Hapus
  9. Terima kasih. Covid emang lagi tinggi, gak tau dari mana taunya pada ketularan. 5M+2B nya memang harus dijalankan, nih.

    BalasHapus
  10. Di daerahku sekrang lagi zoba merah mbak, bener2 harus tetap melaksanakan prokes, karena lebih baik qt cegah daripada nnt kenapa2 ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini ibu saya juga ngungsi karena di sekitar rumah banyak yang terinfeksi. Semoga pandemi segera berakhir. Sehat2 sellau ya mbak.

      Hapus
  11. terima kasih sharing informasinya, mbak. yg jelas, mau dimana dan bagaimana terpapar, ya sudah wong sudah terjadi. tinggal tetap fokus untuk sembuh dan kembali pulih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Yang penting kita harus hati hati dengan orang yang rentan, seperti ortu kita. Semoga sehat2 selalu mbak.

      Hapus
  12. Memang cepet banget penyebaran virus korona. Temenku yang jarang kemana pun tapi ternyata kena juga karena pulang pergi kantor naik umum. Padahal pake masker juga, ya ampun. Sehat terus ya mba ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yang varian delta ini cepet banget menularnya. Semoga mbak dan keluarga selalu sehat2.

      Hapus
  13. aku juga alumni korona mba. Sama, aku juga gatau kena dimana, padahal udah perketat protokol. makasih ya mba sharingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh penyintas juga ya mbak. Iya sekarang kita lebih hati2 jika keluar rumah atau ketemu orang. Semoga pandemi segera berakhir ya. Jaga kesehatan selalu ya mbak.

      Hapus
  14. Makin hari makin mencekam aja mbak. Hampir tiap jam denger suara sirine ambulance dan mobil jenazah. Sekuat tenaga membangun pikiran positif dan menahan diri ga kluar2 rumah demi kesehatan semuanya. Take care ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kita tidak boleh stress dan panik. Semoga selalu sehat.

      Hapus
  15. Ya Allah deg-degan bacanya Alhamdulillah segera pulih ya setelah isoman, prihatin dan sedih banget kasus covid19 melonjak drastis ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Alhamdullilah sudah baik. Kita dan keluarga harus jaga diri.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer