Mengapresiasi Sebuah Proses

Menjelang lebaran akan bermunculan para pembuat kue musiman. Hal ini karena banyak yang membutuhkan untuk camilan keluarga, menyiapkan suguhan untuk tamu yang datang ataupun untuk hantaran, parcel atau hampers. Entah kenapa saya juga ingin ikut-ikutan jualan, padahal tidak punya pengalaman membuat kue atau roti. Saya hitung waktu itu lebaran masih sekitar 3 bulan lagi, jadi masih ada waktulah untuk belajar. Saya pikir yang terpenting adalah saya punya tujuan, dan punya semangat untuk mewujudkannya. Pasti bisa! seruan dalam hati saya. 

Sebenarnya saya pernah mencoba membuat nastar, namun kue yang saya bikin bulat-bulat itu begitu keluar dari oven bentuknya jadi pipih. Namun melihat suami saya menghabiskan kue tersebut, saya percaya bahwa segala sesuatu bisa diperbaiki. Mulailah saya menghubungi saudara dan teman yang sering membuat kue atau roti. Berkonsultasi tentang kegagalan saya dan bahkan mencoba beberapa resep baru.

Salah satu trend roti saat ini adalah roti marmer yang pembuatannya menggunakan loyang sultan. Kok bisa disebut sultan? Oh ternyata karena harganya mahal, bahannya anti lengket, tebal dan hasil cetakannya cantik. Dibela-belain membali loyang sultan, Saya pun mencoba royi marmer yang fenomenal.  Setiap detail resep saya ikuti, tapi begitu keluar dari oven, taraaaa..... rotinya hitam dan gosong. Duh sedihnya.... 

Kakak saya yang lumayan sering membuat roti mengatakan bahwa kita nggak bisa begitu saja mengikuti resep. Kalau membuat roti ya harus sering dicek. Kalo sudah matang, ya diangkat. Tidak perlu menunggu ketentuan waktu yang tertera di resep. Saya pun juga bertanya kepada teman-teman, mereka juga mengatakan bahwa setiap oven memiliki karakter sendiri-sendiri. Jadi kalau kita sering mencoba dan belajar dari kegagalan sebelumnya, maka kita akan tahu bagaimana memanggang roti atau kue di oven kita. 

Gambar 1. Roti marmer yang gosong, tapi masih bisa dikerok dan dibuang bagian atas yang nagian hitam. 

Hasil yang kurang baik ini tidak mematahkan semangat saya. Ada dorongan dari dalam hati untuk menaklukkan resep-resep tersebut. Saya pun mulai berselancar di dunia maya untuk belajar  lewat video yang diunggah di Youtube. Di sana ternyata bukan hanya mengajarkan bagaimana membuat kue tapi juga membahas bagaimana  mengatasi kegagalan yang sering terjadi pada para pemula.

Setelah beberapa minggu, saya sudah mencoba beberapa resep kue dan roti. Setiap menghasilkan kue atau roti, saya bagikan ke orang-orang di sekitar saya untuk mencicipi. "Silahkan mengambil  kue sesuka hati, free, asalkan memberikan review." Dari situ ada yang mengatakan kue saya agak gosong, kurang matang, kurang kering, terlalu manis, dan lain-lain. Tanggapan tersebut saya catat dan saya perbaiki pada percobaan selanjutnya. 

Ibu saya adalah salah satu reviewer andalan. Beliau itu pinter masak. Setiap kue yang keluar dari oven, selalu saya minta beliau untuk mengicipinya. Kalau beliau sudah bilang enak, wah seneng dan lega hati saya. 

Sewaktu saya kecil, ibu saya jualan roti blenderdey atau puf pastry dan roti bolu kukus. Saya sih hanya bantuin mengantar roti-roti itu ke warung-warung. Jadi tidaklah heran kalau saya tidak bisa membuat kue atau roti karena pengalaman saya itu mancal sepeda ke warung, bukan mengaduk adonan.

Akhirnya saya pada satu titik dimana mayoritas yang mengicip roti dan kue saya mengatakan enak, dan bahkan mulai pesan. Nastar menjadi pilihan favorit. Kalau kue sagu menjadi pilihan orang-orangtua seperti ibu dan tante saya. Kue lain yang enak juga ada thumb print, putih salju dan lidah kucing. Saya melabeli hasil karya saya dengan GARVITA, artinya penuh dengan rasa syukur. Pembuatan logo ini dibantu oleh sepupu-sepupu saya.

Pesanan pertama, datang dari kakak saya yang akan memberikan hantaran. Kemudian diikuti kakak dan saudara-saudara yang lain. Walaupun masih keluarga yang memesan kue dan roti namun itu sudah membuat saya kewalahan dan kadang tidak sempat tidur. Saya hitung lebaran ini trlah menerima pesanan sekitar 25 toples pesanan kue kering dan 7 brownies sekat. 

Saya pun ingin mendengarkan review dari orang lain di luar keluarga saya, oleh karena itu saya mencari tahu komentar dari yang menerima hantaran kue saya. Salah satu penerima kue saya yang bekerja di Pemda Prov.Jawa Tengah  memberikan review yang membuat saya berbunga-bunga.  Beliau mengatakan kue saya enak, penampilan sudah OK dan tahun depan istrinya mau membantu memasarkan. Duh saya merasa bersyukur sekali. Ternyata proses belajar saya selama ini tidak sia-sia. Semoga Natal tahun ini atau Lebaran depan saya bisa mengembangkan usaha ini dengan lebih serius.

Gambar 2. Kue kering pesanan yang dikirimkan ke Solo.

Gambar 3. Roti brownies, salah satu favorit keluarga dan menjadi hantaran untuk tetangga.

Dari berbagai resep kue kering yang saya buat, ternyata hampir semua resep yang saya gunakan adalah dari Tintin Rayner. Resep Tintin Rayner pertama kali diperkenalkan oleh sepupu saya di Jakarta. Kemudian saya mencoba menggali lagi resep-resep beliau yang lain. Jika ada yang ingin mencoba, bisa masuk ke instagramnya @tintinrayner atau membeli buku resepnya. Saya tidak menyangka jika beliau tinggal di Semarang, satu kota dengan saya, dan membuka toko roti di Jalan Anjasmoro. Saya berpikir, pasti tidaklah mudah bagi seorang Tintin Rayner untuk menjadi seperti saat ini. Pasti juga banyak tantangan yang harus dilewati. Kapan-kapan jika ada kesempatan, saya pengen mewawancarai beliau untuk dapat berbagi pengalaman dan memberikan inspirasi bagi kita. Semoga terwujud.

END


Komentar

  1. Luar biasa mba dari before ke after. Iya mba tintin rayner resepnya banyak dicoba jg kynya sama tmn2 ku yg seneng backing hehe.. sukses selalu y mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini tester saya banyak yang suka dengan kue saya dengan resep Tintin Rayner... Terimakasih dan sukses juga utk mbk adina.

      Hapus
  2. aduh itu brownisnya bikin pengen deh. kayaknya saya juga perlu ikutan belajar nih, saya masih noob banget, urusan perkue-an begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Brownies ini paling gampang bikinnya, mbk. Nggak usah pale mixer. Asalkan bahan2nya sesuai dg resep, hasilnya sudah enak. Jadi cocok utk pemula.

      Hapus
  3. Keren banget Mba dari gosong akhirnya jadi kue yang lezat dan layak jual. Selain Tintin Rayner, ada Mbak Diah Didi blogger yang jago masak dan food selebgram di Semarang

    BalasHapus
  4. Wah prosesnya luar biasa.. memang butuh perjuangan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Aku jadi inget pertama kali aku nulis acak-acakan banget, tapi Alhamdulillah sekarang sudah terbiasa

    BalasHapus
  5. Wah ... Keren mbak, semoga terus berproses untuk produk-produk lain sehingga yang diikhtiarkan berkembang pesat ya

    BalasHapus
  6. Wah, kayaknya saya mau ini, buat tester. Aku doyan makan. Kapan-kapan kirim, ya?

    BalasHapus
  7. Liar biasa banget mba. Kereennn bgt perjuangan belajar bakingnya. Aku jga lg semangat belajar baking mba. Semoga bisa bkin kue sendiri..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer